Minggu, 04 Desember 2011

toxoplasma


II.3. SIKLUS HIDUP
      Siklus hidup Toxoplasma gondii terdiri dari seksual dan aseksual. Dimana stadium seksual  hanya terjadi pada definitive host sedangkan stadium aseksual dapat terjadi pada intermediate host dan definitive host.
lifecycle.gif





Intraintestinalal
 



Text Box: Ekstratraintestinalal










Gambar 3.Siklus hidup Toxoplasma gondii

Infeksi dimulai ketika inang menelan ookista bersporulasi atau memakan daging yang berisi kista jaringan maupun takizoit. Daging babi kurang matang secara khusus disorot sebagai risiko utama untuk konsumen dalam studi yang diilakukan di Amerika Serikat melihat adanya Toxoplasma gondii dalam daging sampel yang diambil dari toko daging eceran (Dubey et al, 2005). Periode prepaten memerlukan waktu 3-10 hari bila yang tertelan adalah takizoit atau bradizoit dalam jumlah sedikit dan dalam jumlah banyak waktu yang diperlukan adalah 3-6 hari. Ookista yang tertelan memerlukan waktu periode prepaten 21-40 hari. Dalam tubuh inang siklus hidup parasit terjadi di intraintestinal dan ekstraintestinal.
      Berawal dari tertelannya ookista berspora, takizoit ataupun kista jaringan yang masuk menuju usus. Usus memilki enzim proteolitik yang dapat menghancurkan dinding ookista serta selubung kista yang menyebabkan terlepasnya sporozoit. Sporozoit menembus lamina propia usus kucing dan berubah menjadi bentuk takizoit dan berkembang menjadi skizon. Skizon yang matang akan pecah dan membebaskan merozoit. Merozoit terdiri dari lima tipe, dua tipe diantaranya melakukan penetrasi kedalam vili usus dan memproduksi gamet (mikrogamet dan makrogamet). Pembuahan terjadi ketika mikrogamet membuahi makrogamet dan terbentuk zigot, zigot menjadi ookista pada feses. Tiga merozoit lainnya menuju keseluruh jaringan dan menjadi fase dorman yang disebut bradizoit.
      Pada intermediate host perkembangan parasit terjadi secara aseksual. Berawal dari tertelannya fase kista jaringan maupun ookista berspora. Sporozoit yang dilepas menembus dinding usus dan membelah secara endodiogeni dalam lamina propia sebagai takizoit. Takizoit yang membelah secara cepat terdistribusi keseluruh organ melalui pembuluh limfe dan berkembang menjadi bradizoit. Kumpulan bradizoit pada organ membentuk kista jaringan.


BAB III PEMBAHASAN


III.1 PENGOBATAN
      Pada manusia untuk orang yang sehat dengan status imunitas yang baik, tidak ada indikasi untuk diberi pengobatan kecuali jika infeksi terjadi pada awal kehamilan atau adanya Chorioretinitis aktif, myocarditis atau ada organ lain yang terkena. Pada umumnya obat yang dipakai adalah Pyrimethamine (Daraprim®) dikombinasi dengan Sulfadiazine dan asam folat (untuk mencegah depresi sumsum tulang). Pyrimethamine menghambat reduktase dihydrofolate dari parasit dan dengan demikian menghambat biosintesis purin dan pirimidin yang penting untuk sintesis DNA dan multiplikasi sel parasit tersebut. Hal ini dapat menghambat pada saat pembentukan schizont dalam jaringan. Pengobatan diberikan selama 4 minggu untuk mereka yang menunjukkan gejala klinis berat. Selain obat diatas, untuk toxoplasmosis pada mata ditambahkan Clindamycin. Jika yang terserang mata maka yang dapat terkena adalah macula, syaraf mata atau papillomacular bundle, untuk mencegah hal ini diberikan kortikosteroid sistemik. Pengobatan terhadap wanita hamil spiramycin sering digunakan untuk mencegah infeksi plasenta. Jika pada pemeriksaan USG ada indikasi telah terjadi infeksi pada bayi maka berikan pengobatan pyrimethamine dan sulfadiazine. Pyrimethamine tidak diberikan pada 16 minggu pertama kehamilan karena dikawatirkan akan terjadi teratogenik, dalam hal ini sulfadiazine dapat diberikan tersendiri. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita infeksi primer atau dari ibu yang HIV positif selama kehamilan diberikan pengobatan pyrimethamine, sulfadiazine dan asam folat selama tahun pertama sampai terbukti bahwa bayi tersebut tidak menderita toxoplasmosis kongenital. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya Chorioretinitis atau gejala sisa. Belum ada pegangan dan petunjuk yang jelas tentang pengobatan bayi yang lahir dari ibu yang HIV positif disertai toxoplasma seropositif.
      Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi kedua obat ini secara sinergis akan menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam folat. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25 – 50 mg per hari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000 – 6.000 mg sehari selama sebulan. Karena efek samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan untuk menambahkan asam folat dan yeast selama pengobatan. Trimetoprinm juga ternyata efektif untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi antara pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah efektifitasnya (Hiswani, 2001). Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek sampingnya lebih rendah bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang dianjurkan ialah 2 – 4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa peneliti mengajurkan pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2 – 3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis.
      Pengobatan standart dari Toksoplasmosis adalah kombinasi Pyrimethamine dengan obat antiparasitik lain seperti sulfadiazin atau azythromycin. Tapi kemoterapi ini seringkali menimbulkan efek samping berat (Carvalho et al, 2011). Penemuan obat antiprotozoa spesifik yang lesstoxic dan lebih berkhasiat menjadi sangat penting bagi dunia parasitologi. Studi dari kelompok riset yang dilakukan oleh Carvalho dkk (2011) dengan menggunakan senyawa phenylsemicarbazides (PSC) dan phenylthiosemicarbazides (PTSC) menunjukkan aktivitas yang signifikan terhadap parasit intraseluler. Sel Vero yang terinfeksi dengan takizoit diinkubasi dengan senyawa uji dalam konsentrasi 0.01 mM, 0.1, 0.5 dan 1 selama 24 jam (37 ° C). Kultur sel yang terinfeksi diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Setelah inkubasi, infeksi dan jumlah takizoit intraseluler menurun. Senyawa ini terbukti lebih efektif dibandingkan obat standar. Pada dosis 0.5 dan 1 mM, hanya senyawa DMT-HB-PSC yang tidak menunjukkan citotoxicity. Menimbang semua senyawa, USD-PSC memiliki tindakan yang paling efisien dan berkurang 50% dari infeksi dan parasit intraseluler 43% pada 0.01mM. Senyawa ini baru memiliki tindakan kesanggupan terhadap Toksoplasmosis intraseluler. Perbedaan dalam perlakuan biologis dari senyawa merupakan hasil dari variasi jenis presentasi radikal pada masing-masing senyawa (Carvalho et al, 2011).
III.2 VAKSINASI
      Toxoplasma sp adalah organisme parasit yang mampu hidup dan menginfeksi secara sangat luas dengan inang binatang yang berbeda. Penargetan yang lebih spesifik dalam strategi kontrol yaitu peningkatan pemahaman dalam patogenesis penyakit pada spesies inang yang berbeda dengan pengetahuan tentang siklus hidup parasit dan jalur transmisi. Vaksinasi adalah pilihan yang menarik untuk mengontrol penyakit dan untuk membatasi penyebaran parasit, baik dalam tubuh inang maupun di lingkungan dengan cara mengembangkan respon imun setelah terinfeksi secara primer dengan Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii merupakan parasit obligat intraseluler, yang dalam infeksinya melibatkan respon imunologi baik secara bawaan maupun adaptif seperti sel-sel NK, CD4 + dan CD8 +. Baik sel-T dan sitokin diketahui penting dalam memberikan perlindungan host dan membatasi multiplikasi parasit. Keberhasilan vaksinasi pada hewan menggunakan strain hidup yang dilemahkan dari parasit itu akan memberikan kekebalan yang nyata, tetapi tidak menyebabkan infeksi persisten atau penyakit. Namun, vaksin hidup memiliki kelemahan yaitu dalam memproduksi jumlah besar, tidak stabil, memiliki siklus hidup pendek dan ada kekhawatiran keamanan karena sifat parasit yang zoonosis (Elisabeth et al, 2009). Selain itu, vaksin hidup yang dilemahkan dianggap tidak akan aman untuk digunakan pada manusia. Oleh karena itu, fokus penelitian para ahli toxoplasmosis saat ini adalah tahap untuk mengidentifikasi pelindung utama antigen dalam tiap fase siklus hidup dari Toxoplasma gondii dan sistem pengiriman respon imun terhadap rangsangan antigen yang digunakan untuk mencoba merangsang dan memproteksi sel. Pemilihan dan manajemen hewan coba sangat penting dalam melakukan peneltian vaksinasi toxoplasma agar dapat menghasilkan teknologi yang dibutuhkan untuk mengembangkan vaksin yang aman dan efektif terhadap toksoplasmosis pada manusia.

3 komentar:

  1. Untuk pemeriksaan toxoplasma kan ada IgG dan IgM...jika IgG positif apakah akan berpengaruh pada kehamilan...
    Apakan titter dari IgG tersebut dpt turun sendiri hingga negatif tanpa pengobatan??

    -terimakasih-

    BalasHapus
  2. Untuk pemeriksaan toxoplasma kan ada IgG dan IgM...jika IgGnya positif apakah akan mempengaruhi kehamilan??
    Titter dari IgG tersebut apa bisa turun hingga negatif tanpa pengobatan??

    BalasHapus
  3. Untuk pemeriksaan toxoplasma kan ada IgG dan IgM...jika IgG positif apakah akan berpengaruh pada kehamilan...
    Apakan titter dari IgG tersebut dpt turun sendiri hingga negatif tanpa pengobatan??

    -terimakasih-

    BalasHapus