Senin, 20 Februari 2012

CARA KERJA dan RESISTENSI AB

 Sejak awal penemuannya oleh Alexander Fleming pada tahun 1928, antibiotik telah memberikan kontribusi yang efektif dan positif terhadap kontrol infeksi bakteri pada manusia dan hewan. NAMUN, sejalan dengan perkembangan dan penggunaannya tersebut, banyak bukti atau laporan yang menyatakan bahwa bakteri-bakteri patogen menjadi resisten terhadap antibiotik. Resistensi ini menjadi masalah kesehatan utama sedunia.
Penggunaan antibiotik ini (pada manusia dan hewan) akan menghantarkan munculnya mikroorganisme resisten, tidak hanya mikroba sebagai target antibiotik tersebut, tetapi juga mikroorganisme lain yang memiliki habitat yang sama dengan mikroorganisme target. Hal ini dimungkinkan karena adanya transfer materi genetik (plasmid atau transposon) di antara genus bakteri yang berbeda yang masih memiliki hubungan dekat, meliputi bakteri Escherichia coli, Klebsiella, dan Salmonella.
Penggunaan antibiotik pada pakan hewan sebagai pemacu pertumbuhan telah mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang umum digunakan untuk terapi infeksi pada manusia.
Bagaimana Cara kerja antibiotik ?
Antibiotik memiliki cara kerja sebagai bakterisidal (membunuh bakteri secara langsung) atau bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Pada kondisi bakteriostasis, mekanisme pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan produksi antibodi biasanya akan merusak mikroorganisme. Ada beberapa cara kerja antibiotik terhadap bakteri sebagai targetnya, yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat sintesis protein, merusak membran plasma, menghambat sintesis asam nukleat, dan menghambat sintesis metabolit esensial.
Dinding sel bakteri terdiri atas jaringan makromolekuler yang disebut peptidoglikan. Penisilin dan beberapa antibiotik lainnya mencegah sintesis peptidoglikan yang utuh sehingga dinding sel akan melemah dan akibatnya sel bakteri akan mengalami lisis. Riboson merupakan mesin untuk menyintesis protein. Sel eukariot memiliki ribosom 80S, sedangkan sel prokariot 70S (terdiri atas unit 50S dan 30S). Perbedaan dalam struktur ribosom akan mempengaruhi toksisitas selektif antibiotik yang akan mempengaruhi sintesis protein. Di antara antibiotik yang mempengaruhi sintesis protein adalah kloramfenikol, eritromisin, streptomisin, dan tetrasiklin. Kloramfenikol akan bereaksi dengan unit 50S ribosom dan akan menghambat pembentukan ikatan peptida pada rantai polipeptida yang sedang terbentuk. Kebanyakan antibiotik yang menghambat protein sintesis memiliki aktivitas spektrum yang luas. Tetrasiklin menghambat perlekatan tRNA yang membawa asam amino ke ribosom sehingga penambahan asam amino ke rantai polipeptida yang sedang dibentuk terhambat. Antibiotik aminoglikosida, seperti streptomisin dan gentamisin, mempengaruhi tahap awal dari sintesis protein dengan mengubah bentuk unit 30S ribosom yang akan mengakibatkan kode genetik pada mRNA tidak terbaca dengan baik.
Antibiotik tertentu, terutama antibiotik polipeptida, menyebabkan perubahan permeabilitas membran plasma yang akan mengakibatkan kehilangan metabolit penting dari sel bakteri. Sebagai contoh adalah polimiksin B yang menyebabkan kerusakan membran plasma dengan melekat pada fosfolipid membran. Sejumlah antibiotik mempengaruhi proses replikasi DNA/RNA dan transkripsi pada bakteri. Contoh dari golongan ini adalah rifampin dan quinolon. Rifampin menghambat sintesis mRNA, sedangkan quinolon menghambat sintesis DNA.
Mekanisme resistensi
Pada awalnya, problema resistensi bakteri terhadap antibiotik telah dapat dipecahkan dengan adanya penemuan golongan baru dari antibiotik, seperti aminoglikosida, makrolida, dan glikopeptida, juga dengan modifikasi kimiawi dari antibiotik yang sudah ada. Namun, tidak ada jaminan bahwa pengembangan antibiotik baru dapat mencegah kemampuan bakteri patogen untuk menjadi resisten.
Berdasarkan hasil studi tentang mekanisme dan epidemiologi dari resistensi antibiotik telah nyata bahwa bakteri memiliki seperangkat cara untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang mengandung antibiotik. Mekanisme resistensi pada bakteri meliputi mutasi, penghambatan aktivitas antibiotik secara enzimatik, perubahan protein yang merupakan target antibiotik, perubahan jalur metabolik, efluks antibiotik, perubahan pada porin channel, dan perubahan permeabilitas membran.
Mutasi genetik tunggal mungkin menyebabkan terjadinya resistensi tanpa perubahan patogenitas atau viabilitas dari satu strain bakteri. Perkembangan resistensi terhadap obat-obat antituberkulos, seperti streptomisin, merupakan contoh klasik dari perubahan tipe ini. Secara teoretis ada kemungkinan untuk mengatasi resistensi mutasional dengan administrasi suatu kombinasi antibiotik dalam dosis yang cukup untuk eradikasi infeksi sehingga mencegah penyebaran bakteri resisten orang ke orang. Namun, adanya emergensi yang meluas dari multidrug resistant Mycobacterium tuberculosis memperlihatkan bahwa tidak mudah untuk mengatasi resistensi dengan formula kombinasi. Contoh lain resistensi mutasional yang juga penting adalah perkembangan resistensi fluoroquinolone pada stafilokokki, Pseudomonas aeruginosa, dan patogen lain melalui perubahan pada DNA topoisomerase. Kejadian mutasi mungkin juga mengubah mekanisme resistensi yang ada menjadi lebih efektif atau memberikan spektrum aktivitas yang lebih luas.
Problem yang cukup penting adalah kemampuan bakteri untuk mendapatkan materi genetik eksogenus yang mengantarkan terjadinya resistensi. Spesies pada peneumokokki dan meningokokki dapat "mengambil" materi DNA di luar sel (eksogenus) dan mengombinasikannya ke dalam kromosom.
Banyak materi genetik yang bertanggung jawab terhadap resistensi ditemukan pada plasmid yang dapat ditransfer atau pada transposon yang dapat disebarluaskan di antara berbagai bakteri dengan proses konjugasi. Transposon merupakan potongan DNA yang bersifat mobile yang dapat menyisip masuk ke dalam berbagai lokasi pada kromosom bakteri, plasmid atau DNA bakteriofag. Beberapa transposon atau plasmid memiliki elemen genetik yang disebut integron yang mampu "menangkap" gen-gen eksogenus. Sejumlah gen kemungkinan dapat disisipkan ke dalam integron yang menghasilkan resistensi terhadap beberapa bahan antimikroba.
Mekanisme yang mirip mungkin terlibat dalam pembentukan elemen genetik yang mengode resistensi vankomisin pada enterokokki. Enterokokki, yang merupakan komensal saluran usus dan genital, meningkat menjadi patogen di rumah sakit. Hal ini berhubungan dengan resistensi alami enterokokki terhadap antibiotik yang paling umum digunakan dan kapasitasnya untuk memperoleh sifat resistensi melalui mutasi (penisilin) atau transfer gen resistensi pada plasmid dan transposon (aminoglikosida dan glikopeptida).

SUMBER : www.poultryindonesia.com

Sabtu, 04 Februari 2012

SEPUTAR SUSU ETAWA

Susu kambing mungkin sedikit asing bagi sebagian orang dalam hal khasiat dahsyatnya. Namun bagi penderita beberapa penyakit yang sembuh setelah mengkonsumsi susu organik jenis ternak ini pasti akan mengelu-elukannya. Departemen Pertanian Amerika (USDA) melakukan penelitian kandungan zat yang bermanfaat bagi tubuh kita dengan memperbandingkan dengan susu sapi maupun ASI sekalipun.
Mengkonsumsi susu kambing organik secara teratur akan membantu mengatasi gangguan kesehatan seperti :
  • Pencernaan, kelebihan asam lambung (kembung), maag kronis dll.
  • Alergi pada kulit dan organ tubuh (pernapasan dan pencernaan).
  • Asthma, TBC dan infeksi paru-paru akut/menahun.
  • kelainan fungsi ginjal (neprotic sindrom) atau infeksi, termasuk asam urat tinggi.
  • Persendian tulang seperti reumatik dan osteophorosis.
  • Stamina/daya tahan tubuh menurun atau tenaga/vitalitas kendor dan loyo.
  • Impotensi/frigiditas (gairah seksual turun)
  • Kekurangan nutrisi dan gangguan metabolisme tubuh lainnya.
Kelebihan susu kambing organik dibandingkan susu kuda/sapi :
  • Kandungan Flourine (mineral pelindung paru-paru) 10 – 100 kali lipat lebih besar dari pada susu kuda/sapi.
  • Mempunyai khasiat antiseptik alami yang menekan pertumbuhan bakteri jahat.
  • Bersifat basa (alkali food) sehingga aman dikonsumsi tubuh (untuk pencernaan).
  • Kandungan protein yang lembut dan efek laktase yang ringan sehingga tidak menyebabkan diare (mencret)
  • Kandungan lemak yang bertekstur lembut dan halus, bersifat homogen, mudah dicerna sehingga menekan timbulnya reaksi alergi.
  • Mempunyai kandungan zat anti kanker (cancer)
  • Aman dikonsumsi bagi balita yang alergi terhadap susu sapi atau yang lainnya.
Cara konsumsi susu kambing organik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan minum susu yang lainnya, hanya saja karena tersimpan dalam keadaan beku, maka penyajian harus dilakukan pencairan. Bisa langsung diminum secara langsung segar ataupun dihangatkan dengan temperatur 40 derajat celcius dengan waktu maximal 1 menit.
Pemanasan yang berlebihan akan merusak kandungan flourine yang bermamfaat bagi tubuh. Sebenarnya cara inipun berlaku pada susu yang lainya meskipun susu sapi misalnya tidak dianjurkan dimasak di atas suhu 60 derajat celcius. Efek manfaat susu kambing organik akan sangat terasa bila kita meminum secara teratur. Adapun aturan minumnya adalah:
  • Dewasa : 120 s/d 150 cc sehari (pagi atau malam)
  • Anak-2 : 250 cc sehari (pagi atau malam)
  • Untuk terapi diminum setiap hari.
  • Untuk menjaga perawatan/kesehatan 2 s/d 3 kali seminggu.
Tips memilih susu kambing yang baik adalah sebagai berikut :
  • Ternak kambing yang dipelihara secara organik sehingga kandungan susu yang dihasilkan tidak tercemar bahan-bahan kimia.
  • Perawatan pada kambing yang sakitpun juga tidak dilakukan dengan pengobatan menggunakan bahan-bahan kimia, tetapi menggunakan ramuan atau jamu.
  • Pilih peternakan yang kesehatan dan produksi ternak kambingnya diawasi oleh dokter hewan sehingga kwalitas susu yang dihasilkan baik.
  • Pilih dalam keadaan tersimpan secara beku (freezer) sehingga kwalitasnya lebih terjaga dibanding keadaan cair yang lewat 1/2 hari, dalam keaadaan beku bisa bertahan hingga 4 bulan. Sedangkan dalam keadaan dingin refrigerator (kulkas) hanya berkisar 5 hari
  • Perhatikan tanggal kadaluwarsa produk.
  • Susu yang rusak mempunyai ciri-ciri : rasa kecut atau asam, timbul seperti bintik-bintik kecil pada cairan susu.
  • Susu yang dibekukan biasanya berwarna kuning muda dan akan berubah menjadi putih biasa setelah mencair.
Tips menghilangkan bau lebus (bau seperti badan kambing) adalah waktu memasak (menghangatkan) diaduk/dicelupi dengan daun pandan. Selain diminum secara langsung, bisa juga diberi tambahan gula, madu, telur ataupun rempah-rempah seperti kayu manis, jahe dan yang lainnya.
Populasi ternak ruminansia di Indonesia memang masih didominasi kambing ketimbang domba, sapi, kerbau, dan kuda. Sayangnya, pemeliharaan kambing umumnya hanya sebagai ’’tabungan’’, atau dijual sebagai kambing potong. Tak banyak peternak yang memeliharanya sebagai kambing perah.
Prospek peternakan kambing perah di Indonesia sebenarnya sangat cerah. Serangkaian hasil penelitian di dalam dan luar negeri membuktikan, susu kambing lebih gurih dan menyehatkan ketimbang susu ternak lainnya, tidak terkecuali susu sapi yang lebih dulu populer.
Hasil penelitian US Departement of Agriculture (USDA) menyebutkan, susu kambing dapat mencegah dan menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Bahkan lembaga ini merekomendasikan, susu kambing sangat dianjurkan untuk penderita asma, TBC, anemia, hepatitis, kram otot, dan tukak lambung.
Susu kambing juga dapat menetralkan asam lambung, menambah vitalitas dan daya tahan tubuh, mengoptimalkan pertumbuhan pada anak, bahkan bisa mengatasi impotensi.
Sedangkan hasil penelitian Mack (1953) menyimpulkan, kelompok anak yang diberi susu kambing memiliki bobot badan, mineralisasi kerangka, kepadatan tulang, vitamin A plasma darah, kalsium, tiamin, riboflavin, niacin, dan konsentrasi hemoglobin yang lebih tinggi daripada kelompok anak yang diberi susu sapi.
Susu kambing juga memiliki kapasitas buffer yang lebih baik, sehingga bermanfaat bagi penderita gangguan pencernaan.
Yani, dalam blognya (yanikusmayani@blogspot.com) menulis pengalamannya tentang susu kambing. Suaminya divonis mengidap hepatitis B.
Setelah enam bulan rutin mengkonsumsi susu kambing sebanyak 200 ml/hari, ditambah temulawak, temu putih, dan kunyit, penyakit suaminya berangsur-angsur sembuh. Bahkan berdasarkan uji laboratorium, HBeAg dalam darah suaminya yang semula sekitar 500 (parah) dinyatakan negatif. HBeAg adalah indikator pertambahan / keaktifan virus hepatitis B.
Sunah Rasulullah
Bagi umat Islam, keistimewaan susu kambing itu sebenarnya dapat ditelisik dari kebiasaan Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya dalam mengkonsumsi susu kambing, sebagaimana tertulis dalam riwayat-riwayat shahih. Rasulullah, seperti diriwayatkan dalam HR Muslim, biasa mengkonsumsi susu kambing segar, yang langsung diminum sesudah diperah dari ambing (puting susu) kambing.
Ironisnya, sampai saat ini masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim belum terbiasa mengkonsumsi susu kambing. Sebaliknya, masyarakat di negara-negara maju justru keranjingan susu kambing. Susu ini telah banyak digunakan sebagai pengganti susu sapi, bahkan menjadi bahan pembuatan makanan bagi bayi-bayi yang alergi terhadap susu sapi.
Alergi pada saluran pencernaan bayi dilaporkan berangsur-angsur disembuhkan setelah diberi susu kambing. Sekitar 40 persen pasien yang alergi terhadap protein susu sapi memiliki toleransi yang baik terhadap susu kambing.
Susu kambing tak membuat konsumen alergi, sebab mengandung lebih banyak asam lemak berantai pendek dan sedang sehingga lebih mudah dicerna. Ukuran butiran lemak susu kambing hanya 3,49 mikrometer, lebih kecil daripada susu sapi (4,55) dan susu kerbau (5,92). Ukuran lemak yang lebih kecil itulah yang menyebabkan susu kambing lebih cepat terserap organ pencernaan.
Bukan hanya itu, menurut Dr Ir Ronny Rachman Noor MRur Sc, ahli pemuliaan dan genetika ternak Fakultas Peternakan IPB, susu kambing juga bisa diolah menjadi berbagai produk minuman, makanan, hingga kosmetika.
Susu kambing yang dicampur minyak olive, kelapa, kedelai, bubuk cokelat, dan sodium hidroksida merupakan bahan sabun yang lembut, sekaligus menjaga kelembaban kulit.
Karakteristik PE
Dengan harga jual susu yang tinggi, sekitar Rp 35.000 hingga Rp 40.000/ liter, usaha peternakan kambing perah memiliki prospek cerah. Namun tidak semua jenis kambing bagus dijadikan kambing perah. Yang paling cocok di Indonesia adalah Ettawa, atau hasil persilangannya dengan kambing lokal yang disebut Peranakan Ettawa (PE).
Ettawa, yang berasal dari Distrik Jamnapari (India), merupakan bangsa kambing terpopuler dan dipelihara sebagai ternak penghasil susu di India dan Asia Tenggara. Kambing ini bisa dijadikan sebagai ternak perah, tetapi bagus pula dijadikan penghasil daging (Devendra dan Burn; 1994).
Tahun 1923, kambing ini diternakkan di sejumlah desa di Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Di kecamatan ini, Ettawa disilangkan dengan kambing lokal. Hasil persilangan itulah yang dikenal dengan Peranakan Ettawa (PE), dan nama Kaligesing tertulis dengan tinta emas sebagai sentra kambing PE terbesar di Indonesia.
Kaligesing menjadi salah satu desa binaan Fakultas Peternakan UGM (1987-1989, di samping Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman (untuk ayam kampung). Saat ini, Kaligesing menjadi jujugan sejumlah peternak kambing perah di Asia Tenggara.
Kambing PE, khususnya ras kaligesing, dicirikan dengan bobot badannya yang besar, kepala tegak dengan bentuk muka cembung (melengkung) dan dagu berjanggut. Di bawah lehernya terdapat gelambir. Baik jantan maupun betina bertanduk, dengan posisi berdiri, mengarah ke belakang, dan ujungnya sedikit melingkar.
Bobot pejantan dewasa sekitar 65-90 kg, sedangkan betina 45-70 kg. Panjang badan 85-105 cm untuk jantan dan 65-85 cm untuk betina. Pada jantan, tinggi gumba atau bagian tertinggi dari punggungnya sekitar 90-110 cm dari tanah, sedangkan pada betina sekitar 70-90 cm.
Pada betina, ambing berkembang baik, puting susu besar dan panjang, dan produksi susu setelah melahirkan mencapai 500-3.000 ml / hari, tergantung kualitas bibit. Warna bulu bervariasi: hitam, putih, cokelat kekuningan, atau kombinasi dari 2-3 warna tersebut. Paha kaki belakang berbulu lebat dan panjang baik pada jantan atau betina.
Untuk memeroleh hasil maksimal, dibutuhkan ketelatenan dalam perawatannya. Tapi, dalam usaha peternakan, tidak ada sesuatu yang sulit jika semuanya dilakukan sesuai prosedur. (Dudung Abdul Muslim-32)